Sewindu sudah roda Reformasi mulai di dengungkan dan pendobrakan orde telah berlalu tetapi Indonesia belum menuju perubahan yang berarti. Banyak pihak menekankan pentingnya reformasi, tetapi sedikit yang berfikir apa itu reformasi. Secara harfiah reformasi berarti kembali ke formasi. Kembali ke formasi yang mana? Tawaran yang telah menelan kemapanan sebuah orde yang berjuang atas nama orde baru dengan segudang kelemahan dan tidak sedikit pula keberhasilan yang diraihnya. Apakah reformasi mampu mengembalikan Indonesia ke formasi? Kembali ke formasi yang mana? Dari 1945 sampai 1998 belum ada formasi yang Ideal untuk INDONESIA bukan? Lalu kembali ke formasi yang mana? Kenapa kita tidak membuat formasi baru untuk INDONESIA BARU.
Reformasi yang di dengungkan [1998] bukan barang murahan karena lahirnya butuh korban baik materi maupun imateri. Orde yang disebut dengan orde reformasi secara jelas lahir 1998 [meskipun reformasi sendiri tidak pernah jelas dan tidak pernah menjelaskan diri] dan mahasiswa sebagai icon pembawa bendera reformasi. Mahasiswa yang menjadi tumbal sebuah pendombrakan, hanya sedikit yang kenal, hanya sedikit yang menghargai, hanya sedikit yang mengingat atau apalah sebutan mereka. Yang pasti mereka menjadi komoditas berita usang yang sesekali diangkat kembali untuk mengisi acara berita dan menggugah bobok siang kita. Pengorbanan besar mereka tak mampu membangkitkan tidur panjang bangsa INDONESIA. Karena mereka yang telah bangkit dan berlari telah kembali ke kubur, sehingga kita hanya bisa melihat batu nisannya. Apakah kita mesti tidur panjang?
Dengan adanya peristiwa itu maka menjamurlah organisasi-organisasi mahasiswa diluar organisasi yang ada di kampus. Organisasi mahasiswa luar kampus biasa disebut dengan organisasi ektra kampus. Organisasi yang lahir sejak 1998 maupun organisasi mahasiswa yang sejak lama ada kembali mengacungkan dan mengepalkan tangannya. Merambah dunia kampus membuat isu-isu ini itu. Memecah belah INDONESIA yang sesungguhnya memang berbeda-beda adanya. Bukankah putra-putri INDONESIA telah mengikrarkan satu INDONESIA?
Organisasi ekstra kampus yang nota bene beranggotakan mahasiswa berdiri dengan berbagai latar belakang dan misi yang bermacam-macam. Masing-masing organisasi ekstra tersebut mempunyai tujuan dan langkah dan program kerja yang berbeda-beda. Selain itu kepentingan anggota organisasi yang berbeda-beda menambah semaraknya perbedaan di negeri yang penuh dengan perbedaan ini.
Organisasi ektra kampus yang begitu banyak dan berbeda dengan latar belakang membuat mahasiswa yang ingin menjadi anggota suatu organisasi mahasiswa ekstra kampus bingung. Perbedaan organisasi tersebut membuat mahasiswa terkotak-kotak baik dalam pergaulan, pemikiran dan berbagai dalih yang lahir akibat pendidikan atau jargon yang di doktrinkan organisasi tertentu terhadap anggotanya.
Organisasi ektra kampus kebanyakan mengusung kepentingan-kepentingan suatu golongan, ideologi, ajaran agama bahkan organisasi ekstra kampus merupakan tangan panjang dari partai politik tertentu. Kebanyakan beban yang mereka usung merupakan barang impor. Ada yang suka impor dari negeri dongeng, ada yang impor dari negeri tandus, ada yang impor dari negeri glamour, ada yang impor dari utara, ada yang impor dari negeri tirai bambu, ada yang impor dari negeri selatan, ada yang impor negeri kura-kura ada juga yang masih bingung cara impor atau apa yang mau diimpor. Ada juga yang berkata “emang gue pikirin”? Ada juga yang menganggap “aku berpikir maka aku ada”?! Ada juga yang katanya mengimpor dari langit?! Kepentingan yang kadang tidak penting.
Dengan adanya berbagai perbedaan kepentingan, visi misi dan tujuan organisasi yang berbeda-beda maka tidak heran sering terjadi pertarungan kepentingan bahkan pertarungan fisik sering dilakoni juga. Kenapa ini mesti terus terjadi? Kenapa kita mengantikan Tuhan dengan dalih pembela Tuhan, apakah Tuhan perlu dibela? Kenapa kita berteriak lantang hingga memekikkan telinga “Diam!!!”. Hingga orang yang berbicara santun dan sopan itu takut hingga mereka tak berani lagi berkata. Kenapa kita memenjarakan kebebasan orang lain meskipun Tuhan menciptakan mereka dalam kebebasan bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada mereka.
Setelah era pendobrakan 1998 organisasi mahasiswa seperti orang mabuk yang linglung, teriak-teriak, sempoyongan, mengigau, melotot, terpejam, diam bahkan ada yang tersungkur dicomberan. Pemerintahan orde baru sudah ambruk, setelah ambruk teriakkan reformasi yang sampai sekarang belum jelas kemana kita harus kembali? Kenapa kita tidak membuat organisasi mahasiswa yang memperjuangkan INDONESIA. INDONESIA sudah penuh dengan perbedaan hingga dicatat di pita lambang negara “Bhineka Tunggal Ika” jadi kenapa kita masih membuat perbedaan perbedaan lagi. Mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda dengan segala perbedaan yang dibawa. Kenapa kita masih memecah belah demi kepentingan segelintir orang dan idealisme tertentu. Kenapa kita tidak mensyukuri keberadaan kita, memperkenalkan daerah kita, budaya daerah kita dan berbagai hal yang nota bene berbeda-beda sehingga kita saling mengenal dan semakin memahami INDONESIA.
INDONESIA merupakan bagian penting kampoeng kita, mau tidak mau itulah yang telah, sedang atau akan kita rasakan di era globalisasi dunia. Apakah kita rela menjadi gelandangan di negeri sendiri? Kita lupa dengan tanah air INDONESIA, malu dengan budaya INDONESIA, gengsi dengan bahasa INDONESIA, dan semua yang berbau INDONESIA.
Sudah saatnya kita menjadi mahasiswa INDONESIA.
Posting Komentar